Friday, December 16, 2011

Budaya Antri (Photo Comment #2)



Di negara mana pun semua orang pasti pernah merasakan yang namanya antri. Dari antri di bank, di tempat pembayaran rekening, di loket rumah sakit, loket kereta api, di kasir supermarket, dsb. Biasanya kalau di tempat-tempat berupa kantor atau fasilitas umum di ruangan tertutup seperti itu orang cenderung tertib mengikuti arus antrian karena sudah ada pembatas yang menandakan jalur antrian.

Memperlakukan orang lain dengan sopan, adil dan menghormati budaya antri sepertinya tidak sulit ditumbuhkan. Hanya masalahnya hanya pada adanya kemauan atau tidak dari individu itu sendiri. Mungkin harus dimulai dari diri kita, kemudian keluarga terdekat sehingga akan terwujud masyarakat budaya tertib di Indonesia.

Budaya Pelanggaran Lalu-Lintas di Indonesia (Photo Comment #1)

Di Indonesia, sebenarnya banyak sekali pelanggaran lalu lintas yang terjadi di sekitar kita. Entah kenapa, pelanggaran lalu lintas di Indonesia sudah menjadi hal yang biasa, dan sudah membudaya di lingkungan kita sehingga masyarakat sudah pasrah bahkan cenderung masa bodoh dengan sistem yang ada di lingkungannya. Dalam hal ini kita harus mengakui bahwa bangsa Indonesia memang tertinggal jauh  ketinggalan jauh dari negara lain yang lebih berbudaya tinggi. Padahal displin diri adalah cermin dari sikap dan perlaku bangsa.



Pengendara motor tanpa helm

 Pada gambar diatas, terlihat anak sekolah yang mengendarai sepeda motor tanpa menggunakan helm. Helm adalah suatu benda yang di gunakan untuk melindungi kepala bila terjadi kecelakaan Lalulintas pada para pengguna sepeda motor, karena kepala merupakan salah satu organ tubuh yang sangat vital. kurangnya kesadaran pengguna sepeda motor menggunakan helm masih sangat memprihatinkan, terbukti masih banyak terlihat di jalan-jalan raya  pengendara sepeda motor yang tidak memakai / menggunakan helm, ada juga yang membawa Helm tapi tidak di pakai (hanya untuk jaga2 kalo ada Polisi Razia) itu juga menunjukan bahwa  Kesadaran Pengendara Sepeda Motor Memakai Helm masih minim sekali. Kurangnya Kesadaran Pengendara Sepeda Motor Memakai Helm masih sangat memprihatinkan, mereka masih beranggapan bahwa memakai helm itu hanya peraturan saja, tidak sadar bahwa peraturan memakai helm itu dibuat untuk keamanan si pengendara sendiri bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan




Penumpang melebihi kapasitas

bawaan melebihi kapasitas

Dua gambar di atas menunjukkan gambar pengguna motor yang melebihi kapasitasnya. Banyak juga pengendara yang menggunakan motor melebihi muatannya. Padahal hal tersebut dapat membahyakan diri mereka sendiri. Selain itu, hal tersebut juga dapat mengganggu dan membahayakan pengguna jalan yang ada di sekitarnya.

pengendara motor di bawah umur

Pada gambar di atas terlihat banyak sekali pelanggaran lalu lintas yang telah dilakukan. Selain tidak menggunakan helm dan menggunakan kendaraan melebihi muatan, pengguna kendaraan juga masih dibawah umur. Apakah mereka sudah mengantongi surat izin mengemudi? Kalau tidak, berarti mereka sudah melanggar peraturan Pasal 77 Ayat (1) Undang-Undang No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yang menyebutkan bahwa setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib memiliki Surat Izin Mengemudi sesuai dengan jenis kendaraan bermotor yang dikemudikan.
Kalaupun mereka sudah memiliki Surat Izin Mengemudi, maka perlu diragukan apakah SIM tersebut didapatkan dengan cara yang benar. Seorang anak berusia dibawah 17 tahun tidak mungkin memiliki SIM. Seperti yang dijelaskan pada Pasal 81 Ayat (2) Undang-Undang No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, bahwa ada syarat usia minimal seseorang untuk memperoleh surat izin mengemudi. Berbicara mengenai sepeda motor, pengendaranya diwajibkan untuk mengantongi SIM C dan hanya mereka yang telah berusia 17 tahun yang bisa memiliki surat izin mengemudi tersebut.
Di sinilah peran orang tua sangat dibutuhkan untuk memberi pengertian dan pengawasan ketat terhadap anak di bawah umur. Pengendara yang masih di bawah umur, hanya bisa naik motor, tetapi secara mental mereka belum siap sebagai pengendara.

Keadaan keadaan seperti gambar yang ada di atas diakibatkan karena pelanggaran lalu lintas yang dibiarkan. Karena sudah dianggap jadi kebiasaan, kelamaan perilaku salah ini bisa menjadi budaya. Yakni, kebiasaan mengabaikan rambu dan orang toleran. Budaya melanggar lalu lintas sama seperti budaya tidak menghargai keselamatan diri sendiri.

Pengendara bisa tidak mengetahui kalau dia salah. Namun dengan adanya aturan lalu lintas dan tindakan dari aparat hal tersebut dapat memberikan efek jera bagi para pelanggarnya.Oleh karena itu, kesadaran diri masing-masing pengguna kendaraan serta ketegasan hukum bagi pelanggaran lalu lintas oleh aparat hukum sangat dibutuhkan untuk mereduksi potensi meningkatnya pelanggaran lalu lintas. Kita semua tahu, kecelakaan kerap kali didahului oleh pelanggaran aturan lalu lintas jalan, jika peraturan ditegakkan, peluang terjadinya kecelakaan praktis menjadi lebih kecil.

PSIKOLOGI SOSIAL (Ilmu Sosial Dasar Dalam Bidang Psikologi)

PENDAHULUAN



Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, dan keinginan manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat. Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial. Interaksi social terbentuk karena dipengaruhi oleh tindakan social, kontak social, dan komunikasi social.
Hubungan antar manusia, ataupun relasi-relasi sosial menentukan struktur dari masyarakatnya. Hubungan antar manusia atau relasi-relasi sosial, hubungan satu dengan yang lain warga-warga suatu masyarakat, baik dalam bentuk individu atau perorangan maupun dengan kelompok-kelompok dan antar kelompok manusia itu sendiri, mewujudkan segi dinamikanya perubahan dan perkembangan masyarakat.
 Psikologi sosial adalam merupakan cabang ilmu dari psikologi yang baru muncul dan intensif dipelajari pada tahun 1930. Secara sederhana objek material dari psikologi sosial adalah fakta - fakta, gejala - gejala serta kejadian - kejadian dalam kehidupan sosial manusia. Pada makalah ini akan dijelaskan mengenai psikologi sosial beserta komponen-komponennya.


Tujuan Pembahasan

Untuk mengetahui lebih dalam mengenai Psikologi Sosial, dilihat dari definisi, sejarah perkembangan, serta teori-teori yang melingkupinya.


PEMBAHASAN


Definisi dan Sejarah Perkembangan Psikologi Sosial


Definisi Psikologi Sosial


Menurut Gordon Allport (1985), psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami dan menjelaskan bagaimana pikiran, perasaan, dan tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh kehadiran orang lain, baik secara:
1.      secara nyata atau actual 
2.      dalam bayangan atau imajinasi 
3.      dalam kehadiran yang tidak langsung (implied)

Menurut David O Sears (1994), psikologi social adalah ilmu yang berusaha secara sistematis untuk memahami perilaku social, mengenai:
1.      bagaimana kita mengamati orang lain dan situasi social 
2.      bagaimana orang lain bereaksi terhadap kita 
3.      bagaimana kita dipengaruhi oleh situasi social

Menurut Sherif & Musfer (1956), psikologi social adalah ilmu tentang pengalaman dan perilaku individu dalam kaitannya dengan situasi stimulus social. Dalam defenisi ini, stimulus social diartikan bukan hanya manusia, tetapi juga benda-benda dan hal-hal lain yang diberi makna social.

Menurut Show & Costanzo (1970), psikologi social adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku individual sebagai fungsi stimulus-stimulus social. Defenisi ini tidak menekankan stimulus eksternal maupun proses internal, melainkan mementingkan hubungan timbale balik antara keduanya. Stimulus diberi makna tertentu oleh manusia dan selanjutnya manusia bereaksi sesuai dengan makna yang diberikannya itu.

Menurut Baron & Byrne (2006), psikologi social adalah bidang ilmu yang mencari pemahaman tetnang asal mula dan penyebab terjadinya pikiran serta perilaku individu dalam situasi-situasi sosial. Defenisi ini menekankan pada pentingnya pemahaman terhadap asal mula dan penyebab terjadinya perilaku dan pikiran.

Sarlito Wirawan, setelah menyimpulkan beberapa defenisi psikologi sosial membedakan tiga wilayah studi psikologi sosial sebagai berikut:
1.      Studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya studi tentang persepsi, motivasi, proses belajar, atribusi (sifat). Walaupun topik-topik ini bukan monopoli dari psikologi sosial, namun psikologi sosial tidak dapat menghindar dari studi tentang topik-topik ini. 
2.      Studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial dan sebagainya. 
3.      Studi tentang interaksi kelompok, misalnya: kepemimpinan, komunikasi, hubungan kekuasaan, otoriter, konformitas (keselarasan), kerjasama, persaingan, peran dan sebagainya.
Lebih lanjut dia mendefenisikan psikologi sosial sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku individu sebagai fungsi dari rangsang-rangsang sosial (social psychology is the scientific study of individual behavior as a function of social stimuli; Shaw & Coztanzo).


Sejarah Perkembangan Psikologi Sosial

Psikologi sosial menjadi satu ilmu yang mandiri baru sejak tahun 1908. Pada tahun itu ada dua buku teks yang terkenal yaitu "Introduction to Social Psychology" ditulis oleh William McDougall - seorang psikolog - dan "Social Psychology : An Outline and Source Book , ditulis oleh E.A. Ross - seorang sosiolog. Berdasarkan latar belakang penulisnya maka dapat dipahami bahwa psikologi sosial bisa di"claim" sebagai bagian dari psikologi, dan bisa juga sebagai bagian dari sosiologi.
Publikasi lain yang dianggap fenomenal dalam kelahiran psikologi social adalah tulisan dari Floyd Allport pada tahun 1924. Dalam tulisannya Allport terlihat berorientasi modern, setidaknya dalam padangan saat ini. Argumentasinya terbukti bahwa tingkah laku social berakar dari berbagai factor, mulai dari kehadiran orang lain hingga penggunaan metode eksperimental untuk penelitian psikologi social. Ia juga mengangkat isu yang ternyata di kemudian hari masih diperbincangkan dan didiskusikan misalnya konformitas dan emosi seseorang yang terlihat dari ekspresi wajah.
Tokoh lain yang berpengaruh pada perkembangan psikologi adalah Kurt Lewin. Lewin dengan Teorinya field Theori (teori lapangan) mengembangkan bagaimana perilaku terbentuk. Dia memberikan rumusan teoritis B = f (P,E). Tingkah laku (B: Behavioral) merupakan hasil dari fungsi (f) individu (P) dan lingkungan (E: Environment).
Psikologi sosial juga merupakan pokok bahasan dalam sosiologi karena dalam sosiologi dikenal ada dua perspektif utama, yaitu perspektif struktural makro yang menekankan kajian struktur sosial, dan perspektif mikro yang menekankan pada kajian individualistik dan psikologi sosial dalam menjelaskan variasi perilaku manusia.. Di Amerika disiplin ini banyak dibina oleh jurusan sosiologi - di American Sociological Association terdapat satu bagian yang dinamakan "social psychological section", sedangkan di Indonesia, secara formal disiplin psikologi sosial di bawah binaan fakultas psikologi, namun dalam prakteknya tidak sedikit para pakar sosiologi yang juga menguasai disiplin ini sehingga dalam berbagai tulisannya, cara pandang psikologi sosial ikut mewarnainya
Tahun 1970 dan 1980-an merupakan puncak masa pendewaan psikologi social. Ragam topic penelitiannya juga meluas. Misalnya, kita temui atribusi, sikap, perbedaan geder, psikolgi lingkungan, psikologi politik dan masih banyak lagi yang lainnya.
Di masa depan, penelitian akan mengarah pada kognisi dan penerapan psikologi social dengan menggunakan perfektif kebudayaan. Factor kognisi berupa atribusi, sikap, stereotip, prasangka dan disonansi kognitif (Baron dan Byrne, 1994; Glassman dan Hadd, 2004) adalah dasar dari tingkah laku sosial manusia. Ketertarikan untuk mengembangkan faktor ini dalam psikologi sosial berkembang pada tahun 1970-an. Perpektif kebudayaan dan sosial sebagai tingkat analisis utama. Hal ini terlihat pada perkembangan identitas sosial, representasi sosial dan sebagainya.
Kelahiran psikologi di Indonesia menjadi awal dari keberadaan psikologi sosial di Indonesia. Diawali dengan munculnya bagian psikologi sosial di fakultas psikologi di Universitas Indonesia pada tahun 1967. Kelahirannya di Indonesia bersamaan dengan masa-masa berkembangnya psikologi sosial di dunia. Selanjutnya, ditahun yang sama, fakultas psikologi Universitas Indonesia mengembangkan bagian psikologi sosial yang kemudian menghasilkan para peneliti-peneliti awal psikologi sosial di Indonesia.
Psikologi sosial merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang baru dan merupakan cabang dari ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya. Ilmu tersebut menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial. Dari berbagai pendapat tokoh-tokoh tentang pengertian psikologi social dapat disimpulkan bahwa psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial.
Sedangkan latar belakang timbulnya psikologi sosial, banyak beberapa tokoh berpendapat, semisal, Gabriel Tarde mengatakan, pokok-pokok teori psikologi sosial berpangkal pada proses imitasi sebagai dasar dari pada interaksi sosial antar manusia. Berbeda lagi dengan Gustave Le Bon, bahwa pada manusia terdapat dua macam jiwa yaitu jiwa individu dan jiwa massa yang masing-masing berlainan sifatnya.
Jiwa massa lebih bersifat primitif (buas, irasional, dan penuh sentimen) dari pada sifat-sifat jiwa individu. Berlaianan dengan Le Bon, Sigmund Freud berpendapat bahwa jiwa massa itu sebenarnya sudah terdapat dan tercakup oleh jiwa individu, hanya saja sering tidak disadari oleh manusia itu sendiri karena memang dalam keadaan terpendam. Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh yang berpendapat dalam buku yang mempunyai pengaruh terhadap perkembangan psikologi sosial.
Pada tahun 1950 dan 1960 psikologi sosial tumbuh secara aktif dan program gelar dalam psikologi dimulai disebagaian besar universitas . Dasar mempelajari psikologi sosial berdasarkan potensi –potensi manusia, dimana potensi ini mengalami proses perkembangan setelah individu itu hidup dalam lingkungan masyarakat. Potensi-potensi tersebut antara lain:
1.      kemampuan menggunakan bahasa 
2.      adanya sikap etik 
3.      hidup dalam 3 dimensi (dulu, sekarang, akan datang )
Ketiga pokok di atas biasa disebut sebagai syarat human minimum. Dengan demikian yang tidak memenuhi human minimum dengan sendirinya sukar digolongkan sebagai masyarakat. Obyek manusia mempelajari psikologi sosial adalah kegiatan-kegiatan sosial / gejala-gejala sosial. Sedangkan metode sosial antara lain : a. Metode Eksperimen, b. Metode survey, c. Metode Observasi, d. Metode diagnostik – psychis, e. Metode sosiometri.
Sebagai ilmu yang obyeknya manusia, maka terdapat saling hubungan antara psikologi sosial dengan ilmu-ilmu lain yang obyeknya juga manusia seperti misalnya : Ilmu hukum, Ekonomi, sejarah, dan yang paling erat hubungannya adalah sosiologi. Letak psikologi sosial dalam sistematik psikologi termasuk dalam psikologi yang bersifat empirik dan tergolong psikologi khusus yaitu psikologi yang menyelidiki dan yang mempelajari segi-segi kekhususan dari hal-hal yang bersifat umum dipelajari dalam lapangan psikologi khusus. Sedangkan kedudukan psikologi sosial didalam lapangan psikologi termasuk dalam psikologi teoritis, sedangkan psikologi sosial tergolong dalam psikologi teoritis.
Mengenai psikologi sosial terdapat pertentangan faham diantara beberapa tokoh ilmu jiwa social yang dalam garis besarnya dapat dikelompokan menjadi dua aliran yakni, aliran subyektifisme yang menyatakan bahwa individulah yang membentuk masyrakat dalam segala tingkah lakunya. Dan aliran kedua adalah, obyektivisme yang merupkan kebalikan dari aliran subyektivisme, bahwa masyarakatlah yang menentukan individu.
Selain dua aliran di atas, masih ada aliran yang membicarakan masalah hubungan antara individu dengan masyarakat diantaranya adalah aliran historis dan cultural personality.


Psikologi Sosial

Perkembangan Sosial

Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang di terima oleh individu mulai sejak dalam konsensi, kelahiran sampai matinya. Stimulus itu misalnya berupa: sifat-sifat “genes”, interaksi “genes”, selera, keinginan, perasaan, tujuan-tujuan, minat, kebutuhan, kemauan, emosi dan kapasitas interktual (Soemanto, 2006:84). Perkembangan sosial dipengaruhi faktor-faktor dari dalam dan luar diri individu. Dari dalam diri individu di kenal dengan konsep “aku”, perkembangan konsep aku pada masa bayi belum jelas namun akan berangsur-angsur mulai tumbuh dan berkembang (Tirtaraharja, 2005:110).

Dari luar diri individu adalah pengaruh lingkungan sosial dan kebudayaan masyarakat, termasuk didalamnya pengaruh pendidik pada umumnya yaitu orang tua dalam keluarga, pemimpin sebaya dalam masyarakat, guru di sekolah, serta pemimpin dalam masyarakat (Sinolungan, 1996:88). Kemampuan sosial berproses sejak bayi sampai akhir hayat dalam lingkungan. Hubungan atau interaksi dalam masyarakat, mempengaruhi perkembangan sosial individu, perkembangan sosial berubah dari penuh ketergantungan menuju kemandirian dalam suasana kedewasaan yang bertanggung jawab, di tengah kelompok sosial seseorang dipengaruhi sebagai objek, dan sebagai subjek jika yang mempengaruhi perilaku sesama dalam lingkungannya. Tiap pendidik dalam arti luas itu diharapkan memberi teladan sambil menanamkan nilai-nilai luhur pada warganya dalam hubungan hidup bermasyarakat.


Teori Yang Ada dalam Psikologi Sosial

Berbagai teori yang ada dalam psikologi sosial dikelompokan dalam orientasi (Sarwono, 1984:12). Ada 4 orientasi dimana teori-teori itu dikelompokan yaitu :
a.         Orientasi Faktor Penguat
b.         Orientasi Teori Lapangan
c.          Orientasi Kesadaran
d.         Orientasi Psikoanalisa
Yang akan akan dipaparkan dalam makalah ini mengenai Orientasi Faktor Penguat dan Orientasi Psikoanalisa

a.      Orientasi Faktor Penguat
Salah satu aliran yang besar besar pengaruhnya dalam psikologi adalah aliran Behaviorisme. Menurut J.B. Watson dalam Sarwono (1984:13) berpendapat bahwa agar psikologi dapat tetep ilmiah, maka ia harus objektif dan agar it tetep objektif ia hanya dapat mempelajari tingkah laku yang Nampak oleh mata (Overt), oleh sebab itu setiap tingkah laku ditentukan di atur oleh rangsang. Teori yang mementingkan hubungan dan tingkah laku balasan ini disebut teori rangsang balas (Stimulus-respons theory).

Teori ini termasuk dalam aliran Behaviorisme moderat dan merupakan modifikasi serta penyederhanaan Teori Perkuatan Leonard Clark Hull yang dihasilkan oleh kerjasama dari John Dollard dan Neal Miller. Selain itu, teori ini juga bertolak dari Teori Psikoanalitis serta temuan-temuan dan generalisasi dari antropologi sosial. Maka tidak diragukan lagi teori ini bercorak klinis dan sosial. Dalam makalah ini, Teori Perkuatan Dollard dan Miller akan dibagi secara ringkas ke dalam lima sub pokok bahasan mulai dari, Struktur Kepribadian, Dinamika Kepribadian, Perkembangan Kepribadian,
·        Struktur Kepribadian
Dollard dan Miller kurang menaruh minat pada unsur-unsur struktural atau unsur-unsur yang relatif tidak berubah dalam kepribadian, tetapi berminat pada proses belajar dan perkembangan kepribadian. Kebiasaan adalah konsep struktural kunci dalam teori ini sebagaimana telah dijelaskan dalam eksperimen bahwa kebiasaan merupakan asosiasi antara stimulus (baik eksternal maupun internal) dan respon. Susunan dari kebiasaan yang telah dipelajari tersebut membentuk kepribadian. Sejumlah kebiasaan melibatkan respon internal yang membangkitkan stimulus internal yang bersifat dorongan (drive). Dorongan itu sendiri merupakan stimulus yang cukup kuat untuk mengaktifkan perilaku (Sarwono, 1984:24). Dorongan terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
·        Dorongan Primer (primary drives):
Adalah dorongan-dorongan yang berkaitan dengan kondisi fisik atau fisiologis, seperti lapar, haus, seks, dan sebagainya. Dorongan primer ini dianggap kurang penting oleh Dollard dan Miller dalam tingkah laku manusia karena fungsinya telah tergantikan oleh dorongan sekunder.
·        Dorongan Sekunder (secondary drives):
Merupakan asosiasi pemuasan dari dorongan primer, seperti kecemasan, rasa takut, gelisah, dan sebagainya. Dorongan sekunder ini dibandingkan dengan dorongan primer dianggap memiliki peranan yang lebih penting dalam tingkah laku manusia karena lebih tampak secara nyata dan dipandang sebagai bagian-bagian kepribadian yang bersifat menetap.
·        Dinamika Kepribadian
Dollard dan Miller sangat eksplisit dalam mendefinisikan sifat motivasi. Mereka menguraikan secara rinci perkembangan dan perluasan motif-motif, tetapi mereka tidak membahas taksonomi dan klasifikasi motif. Mereka berfokus pada motif-motif tertentu, misalnya kecemasan, dan analisis motif dibuat untuk menjelaskan proses umum yang berlaku untuk semua motif. Pengaruh dorongan-dorongan pada manusia menjadi rumit karena munculnya sejumlah dorongan baru. Dorongan-dorongan yang baru merupakan hasil penurunan atau pemerolehan sama seperti dorongan yang dipelajari. Selama proses pertumbuhan, tiap individu mengembangkan sejumlah besar dorongan sekunder yang bertugas membentuk tingkah laku. Dorongan-dorongan yang dipelajari ini diperoleh dari dorongan-dorongan primer, yang merupakan perluasan dorongan-dorongan tersebut, dan merupakan bentuk luar dimana tersembunyi fungsi-fungsi dorongan-dorongan bawaan yang mendasarinya. Stimulus dorongan sekunder umumnya telah menggantikan fungsi asli stimulus dorongan primer. Dorongan-dorongan yang diperoleh misalnya kecemasan, rasa malu, dan keinginan untuk menyenangkan orang lain, mendorong sebagian besar perbuatan manusia. Implikasi peranan dorongan-dorongan primer dalam banyak hal tidak dapat diamati lagi dalam situasi biasa pada seorang dewasa yang memasyarakat. Hanya dalam proses perkembangan, atau pada masa-masa kritis (gagal dalam penyesuaian diri menurut tuntutan kultural masyarakat), orang dapat mengamati dengan jelas bekerjanya dorongan-dorongan primer.
·        Perkembangan Kepribadian
Dalam perkembangannya, manusia mengalami proses belajar yang oleh Menurut Dollard dan Miller dalam Sarwono (1984: 24) dikemukakan empat konsep penting di dalamnya, yaitu: dorongan, sebagaimana telah dijelaskan di awal; isyarat (cue), adalah suatu stimulus yang membimbing respon organisme dengan mengarahkan atau menentukan ketepatan sifat responnya (isyarat ini menentukan kapan organisme harus merespon, mana yang harus direspon, dan respon mana yang harus diberikan); respon, merupakan bagian yang sangat penting dalam proses belajar, sebagaimana dijelaskan oleh Dollard dan Miller bahwa sebelum suatu respon tertentu dapat dihubungkan dengan suatu isyarat tertentu maka respon harus terjadi dahulu, dan tahap yang menentukan dalam proses belajar adalah menentukan respon mana yang cocok; dan perkuatan (reinforcement). Proses-proses belajar yang terjadi mendasari perolehan dorongan sekunder yang merupakan perluasan dari dorongan primer. Stimulus yang kuat dapat membangkitkan respon internal yang kuat, yang lalu menghasilkan stimulus internal yang lebih lanjut lagi. Stimulus internal lanjutan ini bertindak sebagai isyarat untuk membimbing atau mengontrol dorongan yang memaksa organisme bertindak sampai ia mendapat perkuatan atau suatu proses lain yag menghalanginya. Proses perkuatan membuat respon atau perilaku dapat berulang, sedangkan proses lain yang menghalangi dapat secara berangsur-angsur menghapus respon tersebut. Penghapusan respon tersebut dapat juga dilakukan dengan counterconditioning di mana respon kuat yang tidak sesuai disesuaikan pada isyarat yang sama, misalnya stimulus (isyarat) yang menghasilkan respon takut dipasangkan dengan makanan, sehingga lama-lama respon takut tersebut bisa menghilang.

Sebagaimana ahli-ahli psikoanalisis, Dollard dan Miller sepakat bahwa 6 tahun pertama kehidupan merupakan faktor penentu penting bagi tingkah laku orang dewasa. Dan konflik tak sadar bisa dipelajari pada masa ini yang akhirnya menimbulkan masalah-masalah emosional di kehidupan kemudian.

c.      Orientasi Psikoanalisis
Psikoanalisis pertama kali dikemukakan oleh Sigmund Freud, memang teori yang kontroversual. Teori freud memang sulit dipahami. Sebab yang pertama adalah karena konsepnya berubah-ubah (berkembang) terus. Kedua karena psikoanalisis hanya berfungsi sebagai teori, tetapi sekaligus juga teknik terapi dan teknik analisis kepribadian manusia. Ketiga, freud sendiri tidak banyak menulis tentang psikologi kelompok (Sarwono,1984:129). Konsep-konsep freud sendiri antara lain:

1.      Variable-variable interpersonal dan aparat-aparat psikos.
Aparat-aparat psikis menurut freud dapat digolongkan kedalam 3 golongan yaitu;
·        Libido
Libido adalah energi vital. Energi ini sepenuhnya bersifat kejiwaan dan tidak boleh dicampurkan dengan energi fisik yang bersumber pada kebutuhan-kebutuhan biologis seperti lapar dan haus. Freud mengemukakan bahwa manusia terlahir dengan sejumlah insting (naluri). Insting dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu insting hidup (life insting) dalah naluri untuk mempertahankan hidup dan keturunan dan Insting mati (death insting) adalah naluri yang menyatakan bahwa suatu saat orang itu akan mati insting mati ini menyebabkan perilaku-perilaku agresif. Sifat, kekuatan dan cara penyaluran dari libido pada masa kanak-kanak sangat menentukan kehidupan kejiwaan dan kepribadian orang yang bersangkutan. Karena itu masa kanak-kanak dipandang freud sebagai masa kritis yang penting sekali artinya.
·        Struktur kejiwaan
Jiwa oleh freud dibagi dalam 3 bagian yaitu; Kesadaran (consciousness) ada;lah bagioan kejiwaan yang berisi hal-hal yang disadarinya, diketahuinya. Prakesadaran (preconsciousness) adalah bagian kejiwaan yang bersikan hal-hal yang sewaktu-waktu dapat dipanggil ke kesadaran melalui asosiasi-asosiasi. Ketidaksdaran 9uncosciousness) adalah proses-proses yang tidak disadari, akan tetapi tetap berpengaruh pada tingkah laku orang yang bersangkutan.
·        Struktur kepribadian
Ada 3 sistem yang terdapat dalam struktur kepribadian yaitu;
·        Id adalah sumber dari segala energi psikis. Jiwa seorang bayi yang baru lahir hanya terdiri dari id. Isinya adalah impuls-impuls yang berasal dri kebutuhan-kebutuhan biologic dan impuls-impuls inilah yang mengtur seluruh tingkah laku bayi. Semua cirri ketidak sadaran berlaku buat id; amoral, tidak terpengaruh oleh waktu, tidak memperdulikan realitas, tidak menyensor diri sendiri dan berkerja atas dasar prinsip kesengan. Obyek-obyek yang diperlukan untuk memenuhi impuls-impuls Dari id terletak dalam realitas, maka id menerlukan suatu system yang dapat menghubungkan dengan realitas (dunia nyata). Oleh karena itulah tumbuh system baru dalam jiwa bayi yaitu ego. Pertumbuhan ego sejak bayi itu dikonfrontasikan dengan kenyataan bahwa realitas adalah suatu hal yang tidak busa diperlakukan seenaknya saja. Fungsi utama ego adalah menghadapi realitas dan menterjemahakan untuk id.
·        Ego juga beroperasi atas dasar proses berpikir sekunder. Persepsi dan kognisi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses sekundera tersebut.
·        Superego adalah system moral dari kepribadian berisi norma-norma budaya, nilai-nilai social dan tata cara yang sudah diserap kedalam jiwa superego mempunyai prinsip yang bertewntangan dengan id. Superego berprinsip mencari kesempurnaan. Superego terbentuk sebagai reaksi terhadap tata aturan masyarakat yang dihadapkan kepada anak oleh orang tua ( atau tokoh orang tua) melalui mekanisme hukuman dan ganjaran. Tujuan utama proses sosilissi menurut freud adalah pembentukan superego yang sehat. Orang yang tersosialisasi adalah orang yang menerima tata aturan masyarakat sebagai aturan-aturannya sendiri. Tugas ego adalah menyusun strategi tingkah laku sedimikian rupa sehingga keinginan kedua pihak terpenuhi dan sekaligus nsesuai dengan realitas.

2.      Pertahanan Ego
Untuk melindunginya dirinya dari keadaan yang menyenangkan itu ego melakukan maneuver (gerakan) yang disebut pertahanan ego Ego defense). Pertahanan ego ini mempunyai 2 ciri yaiti; mengabaikan atau mengacaukan realitas dan berkerja pada taraf ketidaksadaran.
a.      Represi
Represi adalah memasukan hal-hal yang tidak menyenangkan dari dalam kesadaran, ke dalam ketidaksadaran. Hal yang tidak menyenangkan misalnya; cinta anak pada ibunya sendiri, rasa benci pada ayah, ketakutan akan dikeberi oleh ayah dsb. Energi-energi yang timbul sebagai akibat hal-hal yang direpres itu kemudian dapat disalurkan kepada obyek-obyek atau tingkah laku yang berbahaya buat ego.
b.      Proyeksi
Dalam proyeksi seseorang melontarkan impuls-impuls, kainginan-keinginan, ide-ide dari dirnya yang tidak dapat diterimanya sendiri, kepada obyek atau orang lain diluar dirinya.
c.      Pembentukan reaksi (Reaction Formation)
Mekanisme pembentukan reaksi adalah menekan impuls-impuls yang tidak disukai kedalam ketidaksadaran dan memunculkan hal yang justru berl;awanan dalam kesadaran
d.      Penolakan (denial)
Penolakan adalah mekanisme pertahanan ego yang paling primitif. Caranya ialah dengan menganggap tidak ada hal-hal yang sesungguhnya ada.

e.      Sublimasi
Sublimasi adalah deseksualisasi impuls-impuls seksual dari id. Libido disalurkan ke dalam tingkah laku artistic, keterampilan-keterampilan teknis dsb.

3.      Psikologi kelompok menurut freud
Teori freud sebenarnya lebih dekat kepada antropologi sosial dari pada psikologi sosial. Beberapa prinsip yang berlaku edalam fungsi kelompok menurut freud:
a.      Fungsi masyarakat adalah untuk menghambat dan mereres impuls-impuls naliriah perorangan.
b.      Keluarga adalah aparat dasar dari masyarakat.
c.      Ego bertugas sebagai perantara antara batas-batas sosial dan insting.
d.      Manusia dan lingkungan sosialnya selalu berda dalam konflik yang tiada henti.
e.      Kelompok-kelompok dan masyarakat terbentuk sebagai kelanjutan keterikatan libido anak pada orang tuanya.
f.       Keadilan sosial timbul dara persaan saling membutuhkan dan saling memenuhi antar anggota masyarakat.
g.      Pranata-pranata sosial.
h.      Pembentukan masyarakat tidak disebabkan oleh adanya satu atau dua objek yang punya kekuasaan yang luar biasa, disebabkan oleh sublimisasi dan deseksulisasi libido kedorongan persahabatan.

d.     Teori Psikoanalisis tentang Sikap Sosial
Teori ini diajukan oleh Sarnoff, materi teori ini menyangkut sikap (attitude) yang diterangkan berdasarkan mekanisme pertahanan ego. Menurut Sarnoff dalam Sarwono (1984:173) diantara berbagai sikap yang ditunjukan oleh manusia, ada yang fungsinya mempertahankan ego dari ancaman bahaya, baik yang dating dari luat maupun dari dalam diri sendiri.


Terdapat konsep-konsep dasar yang dipaparkan oleh Sarnoff dalam Sarwono (1984:173) antara lain:
a.      Motif
Adalah suatu rangsang yang menimbulkan ketegangan (tension), dan ketegangan itu mendorong orang yang bersangkutan untuk meredakannya.
b.      Konflik
Jika ada dua motif yang bekerja pada satu saat yang sama maka akan timbullah konflik. Batasan ini didasarkan pada pra anggapan yang dikemukakan Sarnoff bahwa setiap individu hanya dapat melayani (meredakan) satu motif pada satu saat, jika konflik ini tidak dipecahkan maka konflik tersebut bisa berlarut-larut dan individu yang bersangkutan bisa jadi korban motif-motifnya sendiri yang saling bertentangan.
c.      Pertahanan Ego (ego defense)
Jika individu menghadapi rangsang atau situasi yang berbahaya maka ego akan terancam. Ancaman bahaya ini akan menimbulkan motif takut pada inidividu yang bersangkutan. Kalau motif takut sudah tidak dapat ditolerir lebih lanjut dan orang yang bersangkutan tidak dapat melepaskan diri dari objek yang ditakuti itu maka ia akan mempertahankan egonya. Respon mempertahankan atau melindungo ego ini disebut pertahanan ego.
d.      Sikap (attitude)
Sikap berfungsi untuk mengurangi ketegangan yang dihasilkan oleh motif-motif tertentu. fungsi sikap ini dapat dilakukan dalam kesadaran yang penuh dan bisa pula berupa bagian dari suatu proses yang tidak disadari.


PENUTUP

Kesimpulan
Dari permasalahan yang dibahas, dapat disimpulkan bahwa :
1.      Definisi psikologi sosial, dari berbagai pendapat tokoh-tokoh tentang pengertian psikologi sosial dapat disimpulkan bahwa psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial.
2.      Teori-teori dalam psikologi sosial ad 4 orientasi dimana teori-teori itu dikelompokan yaitu : Orientasi Faktor Penguat, Orientasi Teori Lapangan, Orientasi Kesadaran, Orienetasi Psikoanalisa



Daftar Pustaka:



v
v  Baron & Byrne.1994. Psikologi Sosial
v  Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
v  Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan (STIMULUS ILMU PENDIDIKAN BERCORAK INDONESIA). Jakarta: Rineka Cipta.
v  Sinolungan, A.E. 1997. Perkembangan Peserta Didik (PSIKOLOGI PERKEMBANGAN). Jakarta: PT Toko Gunung Agung
v  Soemanto,Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan). Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
v  Suryanto. 2008. Memahami Psikologi Massa dan Penanganannya. http://suryanto.blog.unair.ac.id.
v  Tirtaraharja, Umar. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
v  Wirawan, Sarlito. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika
v  Wirawan, Sarlito. 2006. Teori-Teori Psikologi Sosial.Jakarta: Raja Grafindo Persada.
v  Viklund, Andreas. 2005. Psikologi sosial (Kohesivitas). [Online] Tersedia: http://www. Andreas Viklund WordPress.com.