Friday, November 25, 2011

Antropologi Kebudayaan Melayu Di Indonesia

Pendahuluan 

Latar Belakang Penulisan Makalah

Di era globalisasi ini, kemajuan semakin cepat. Arus informasi tidak ada batasnya lagi. Demikian juga budaya asing masuk ke negara kita, tanpa dapat kita bendung. Untuk menghadang arus budaya asing masuk ke daerah kita dan menjaga kebudayaan asli, maka adat istiadat dan budaya Melayu perlu ditanamkan kepada generasi muda sejak usia dini agar mereka tidak salah melangkah, serta mengenal budaya sendiri dan adat istiadat orang timur.
Kebudayaan Indonesia tidak bisa dilepaskan dari akar kebudayaan Melayu. Hal itu nampak baik dalam bahasa, kesenian, ataupun perilaku dan paradigma ketimuran bangsa Indonesia. Sejak 1928, tepatnya saat Sumpah Pemuda pertama kali dikumandangkan, bangsa Indonesia telah mengenal bahasa pemersatu bahasa Indonesia yang akar bahasanya diambil dari bahasa Melayu.
Tentunya hal itu menjadi penanda bahwa kebudayaan Melayu memang telah tumbuh dan berkembang di antara kita. Kita telah mengenal peribahasa Melayu seperti diantaranya Pucuk Dicinta Ulam Tiba, Hancur Badan Dikandung Tanah Budi Baik Dikenang Juga, Tiada Gading Yang Tak Retak, familiar dengan tari atau rentak Melayu seperti tari Sekapur Sirih atau Joged, serta mendengarkan banyak lelaguan daerah yang menggunakan alat musik khas Melayu seperti akordion dan lainnya.
Maka, menelusuri akar Melayu dalam kebudayaan Indonesia menjadi suatu proses penting yang menyadarkan akan hakiki keberagaman serta kekayaan khasanah budaya kita sebagai bangsa Indonesia.

Tujuan Penulisan Makalah

               Untuk memperlihatkan kebudayaan melayu dari sisi antropologis di Indonesia



Pembahasan


Pengertian Antropologi

Anthropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti "wacana" (dalam pengertian "bernalar", "berakal").  Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu.
Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal  di daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya
Anthropologi memiliki dua sisi holistik dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiaannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan anthropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada perbandingan/perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak diperdebatkan dan menjadi kontroversi sehingga metode anthropologi sekarang seringkali dilakukan pada pemusatan penelitian pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal.

Definisi Anthropologi menurut para ahli
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
anthropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia
Anthropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
  • Ralfh L Beals dan Harry Hoijen
Antropologi adalah ilmu yang mempelajarai manusia dan semua apa yang dikerjakannya.

Dari definisi-definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana anthropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari tentang segala aspek dari manusia, yang terdiri dari aspek fisik dan nonfisik berupa warna kulit, bentuk rambut, bentuk mata, kebudayaan, aspek politik, dan berbagai pengetahuan tentang corak kehidupan lainnya yang bermanfaat.


Pengertian Kebudayaan

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.[1] Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Pengertian budaya menurut para ahli:
·        Herskovits
Sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
·        Andreas Eppink
kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
·        Edward Burnett Tylor
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
  • Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi
Kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
  • Sultan Takdir Alisyahbana
Kebudayaan adalah manifestasi dan cara berfikir yang dipakai dan  mempengaruhi manusia.
  • Mangunsarkoro
Kebudayaan adalah segala yang bersifat hasi kegiatan manusia dalam arti yang seluas-luasnya
  • Moh. Hatta
Kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa
  • Ralph Linton
Kebudayaan yaitu “ Man’s social heredi “ yang artinya sifat social yang dimiliki oleh manusia secara turun temurun.
  • J.P.H. Dryvendaf
Kebudayaan itu adalah kumpulan dari letusan jiwa manusia sebagai yang beraneka ragam berlaku dalam suatu mansyarakat tertentu.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Kebudayaan adalah daya dari budi, yang berupa cipta, karsa dan rasa serta segala yang bersifat hasil kegiatan manusia dalam arti yang seluas-luasnya dengan cara berfikir dan merasa yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan dari segala kegiatan manusia yang membentuk kesatuan sosial dengan suatu ruang dan suatu waktu ciptaan hidup dari suatu bangsa dan kumpulan dari letusan jiwa manusia sebagai yang beraneka ragam berlaku dalam suatu mansyarakat tertentu
Kebudayaan melayu di Indonesia


Sejarah Kebudayaan melayu di Indonesia

Suku Melayu tergolong ke dalam Deutero Melayu (Melayu Muda) yang merupakan bagian dari gelombang besar kedua migrasi ras Melayu-Austronesia dari daratan Asia yang terjadi sekitar 300 S.M. Pada abad ke-7, masyarakat yang bermukim pada kawasan Sungai Batang Hari, membentuk Kerajaan Malayu. Secara geografis, pada mulanya Melayu hanya mengacu kepada wilayah kerajaan tersebut, yang meliputi wilayah Sumatera bagian tengah. Dalam perkembangannya, Kerajaan Melayu akhirnya takluk dan menjadi vassal Kerajaan Sriwijaya. Pemakaian istilah Melayu-pun meluas hingga ke luar Sumatera, mengikuti teritorial imperium Sriwijaya yang berkembang hingga ke Jawa, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya. Jadi orang Melayu Semenanjung berasal dari Sumatera.
Berdasarkan prasasti Keping Tembaga Laguna, pedagang Melayu telah berdagang ke seluruh wilayah Asia Tenggara, juga turut serta membawa adat budaya dan Bahasa Melayu pada kawasan tersebut. Bahasa Melayu akhirnya menjadi lingua franca menggantikan Bahasa Sanskerta. Era kejayaan Sriwijaya merupakan masa emas bagi peradaban Melayu, termasuk pada masa wangsa Sailendra di Jawa, kemudian dilanjutkan oleh kerajaan Dharmasraya sampai pada abad ke-14, dan terus berkembang pada masa Kesultanan Malakasebelum kerajaan ini ditaklukan oleh kekuatan tentara Portugis pada tahun 1511.
Masuknya agama Islam ke Nusantara pada abad ke-12, diserap baik-baik oleh masyarakat Melayu. Islamisasi tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat jelata, namun telah menjadi corak pemerintahan kerajaan-kerajaan Melayu. Di antara kerajaan-kerajaan tersebut ialah Kesultanan Johor, Kesultanan Perak, Kesultanan Pahang, Kesultanan Brunei, dan Kesultanan Siak. Kedatangan kolonialis Eropa telah menyebabkan terdiasporanya orang-orang Melayu ke seluruh Nusantara, Sri Lanka, dan Afrika Selatan. Di perantauan, mereka banyak mengisi pos-pos kerajaan seperti menjadi syahbandar, ulama, dan hakim.
Dalam perkembangan selanjutnya, hampir seluruh Kepulauan Nusantara mendapatkan pengaruh langsung dari Suku Melayu. Bahasa Melayu yang telah berkembang dan dipakai oleh banyak masyarakat Nusantara, akhirnya dipilih menjadi bahasa nasional Indonesia, Malaysia, dan Brunei.

Bahasa
Di Indonesia, Bahasa Melayu berkembang dan mengalami perubahan sesuai dengan daerah dimana bahasa melayu tersebut digunakan.
Persebaran dan perkembangan Bahasa Melayu di Indonesia antara lain :

SUMATERA
  • Aceh Tamiang- Nanggroe Aceh Darussalam
Bahasa Melayu yang dipakai serupa dengan Melayu Langkat.
  • Pesisir Timur Sumatera Utara
Mulai dari Kabupaten Langkat hingga pesisir kabupaten Labuhan Batu, disitulah suku Melayu tinggal. Kota Medan yang merupakan kota no 3 di Indonesia penduduk aslinya adalah Melayu Deli. Langgam-langgam Melayu yang populer di Indonesia berasal dari Lagu Melayu Deli seperti Injit-injit semut. Dialek yang utama sebagian adalah Dialek Langkat, Deli dan Serdang.
  • Riau
Bagian barat Propinsi Riau didominasi oleh etnis Minangkabau khususnya di kawasan Kampar, Rokan Hulu, Inderagiri Hulu, Kuantan Singingi, bahkan kota Pekanbaru sendiri diperkirakan 60% penduduknya berasal dari Sumatera Barat dan berbahasa Minangkabau. Daerah Siak merupakan pusat Melayu di daratan Riau dengan basis di kawasan Siak Seri Inderapura yang dulunya merupakan pusat kerajaan Siak, Melayu dialek ‘o’ banyak dipakai di pedalaman Riau.
  • Kepulauan Riau
Sudah sangat diketahui bahwa Kepulauan Riau adalah pusat kebudayaan Melayu di Indonesia. dari sinilah katanya Bahasa Indonesia berakar, serupa dengan Johor. Mulai dari kepulauan Karimun, Singkep-Lingga hingga kepulauan Tambelangan, Kabupaten Natuna. Dialeknya cenderung menggunakan akhiran –e
  • Jambi
Dikenal dengan bahasa Melayu Jambinya selain berbagai bahasa lainnya yang masih digolongkan Melayu. Berpusat di kota Jambi dengan lafal ‘o’. Suku-suku yang disebut Melayu juga tersebar di pedalaman. Dialek ‘e’ seperti Malaysia dipakai di wilayah pesisir Tanjung Jabung
  • Bengkulu
Bahasa Melayu dialek Bengkulu dipakai di Kota Bengkulu dan Sekitarnya, sedangkan bahasa-bahasa lainnya adalah Bahasa Rejang, Lebong, Muko-Muko dan Serawai yang masih digolongkan Melayu Tua.
  • Sumatera Selatan
Sebagian besar wilayah Sumsel menggunakan varian melayu yang berbeda. Bahasa Melayu Palembang sangat kuat pengaruh bahasa Jawanya karena Sultan Palembang di masa lalu diperkirakan bernenek moyang Jawa. Dialek utama adalah dialek ‘o’ dan ‘e’. Contoh utamanya adalah, orang Palembang sering menyebut dirinya sebagai wong kito (orang kita yang sejenis dengan urang awak di Sumatera Barat). Sering disebut sebagai Baso Plembang

Melayu di Kalimantan
Apa yang disebut Melayu di Pulau Kalimantan ini ada dua asal usul, yakni yang memang berasal dari tanah Melayu, baik itu Sumatera atau Semenanjung Malayu, atau orang-orang Dayak yang masuk Islam dan menjadi atau menganggap dirinya sebagai Melayu.
Suku Melayu yang hidup di pesisir Kalimantan Barat umumnya adalah keturunan pendatang dari Riau Kepulauan atau Semenanjung. Sedangkan Melayu yang di tepi-tepi sungai adalah keturunan percampuran antara Melayu, Bugis dan Dayak atau orang Dayak yang masuk Islam dan menganggap dirinya sebagai Melayu. Dialek Melayu yang lazim di Kalimantan Barat antara lain :
·        Dialek Pontianak
·        Dialek Sambas
·        Dialek Landak (Ngabang)
·        Dialek Ketapang
Dialek Pontianak menggunakan akhiran ‘a’ yang terbaca ‘e’ sebagaimana Melayu Malaysia, namun dalam dialek Sambas ‘a’ ini terbaca ‘é’ hamper mirip dengan Betawi.
Untuk kasus di Kalimantan Selatan, apa yang disebut Melayu adalah orang-orang Banjar. Bahasa Banjar sendiri dibagi menjadi dua varian, yakni Banjar Hulu dan Banjar Kuala. Namun persamaan dengan Melayu di Sumatera semakin jauh dengan banyaknya pengaruh kosakata Bahasa Jawa dan Dayak

Melayu di Bali
Ada pula kelompok Melayu yang bermukim di Pulau Bali, tepatnya di kampung Loloan, Kota Negara, Kabupaten Jembrana. Mereka berleluhur asal Semenanjung terutama Trengganu dan Pontianak (Kalimantan Barat). Berbahasa Melayu di rumah, Berbahasa Bali diluar komunitasnya. Mereka diperkirakan datang ke Bali sekitar abad ke-18. Di Banyuwangi, Jawa Timur terdapat Kampung Melayu, namun kini komunitasnya hanya berbahasa Jawa dan Madura, Melayu telah terasimilasi menjadi penduduk setempat.

Melayu di Jakarta
Sedangkan yang di Jakarta, Melayu sendiri sudah bukan lagi murni karena terjadi percampuran berbagai ras yang melahirkan Orang Betawi, dengan berbahasa Melayu Jakarta yang sekitar 43% kosakatanya dipengaruhi Bahasa Sunda. Melayu Betawi sendiri terbagi atas 3 sub-dialek utama, yakni :
·        Betawi Kota
·        Betawi Udik
·        Betawi Ora
Sebenarnya Bahasa Melayu Betawi ini bukanlah bentukan dialek Melayu, melainkan sebagai hasil dari kreolisasi yang berlangsung selama berabad-abad sebagai bahasa antar suku dan ras di tanah Batavia. Disamping itu juga terdapat dialek Melayu dipakai oleh kaum Peranakan Cina di Kabupaten Tangerang, yang sedikit banyak sangat mirip dengan Melayu Betawi, dan inilah mungkin wilayah Melayu di Pulau Jawa.

Melayu Indonesia Timur
Bahasa Melayu di kawasan Timur Indonesia keberadaannya merupakan akibat dari kontak dagang semenjak dahulu kala antara pedagang di timur dan barat. Bahasa ini semakin tersebar dengan pesat semenjak kekuasaan Belanda membawa bahasa ini sebagai sarana penyebaran agama Kristen. Seperti halnya Betawi, Melayu di kawasan ini juga merupakan bentuk Kreol dengan susunan bahasa lebih mirip bahasa Eropa ketimbang Indonesia sendiri, bahkan ada suatu penelitian mengatakan bahwa bahasa Melayu Indonesia Timur tidak berkembang langsung dari Semenanjung atau Sumatera, melainkan dari Pulau Kalimantan bahkan Brunei. Di kawasan ini, penyingkatan juga sangat lazim. Varian tersebut antara lain:
·        Melayu Manado (di kawasan Sulawesi Utara)
·        Melayu Makassar (Makassar dan sekitarnya)
·        Melayu Larantuka (kawasan Flores Timur, NTT)
·        Melayu Kupang (Kupang dan sebagian Timor Barat, NTT)
·        Melayu Ternate (Pulau Ternate dan Halmahera)
·        Melayu Bacan (Pulau Bacan dan sekitarnya)
·        Melayu Ambon (Pulau Ambon dan Lingua Franca di Maluku)
·        Melayu Papua/Irian


Kepercayaan

“Struktur agama dan kepercayaan orang Melayu berbentuk satu continuum atau rangka persambungan antara dua kutub yang mewakili ciri agama resmi yang ideal dan kepercayaan warisan” – (Mohd. Taib Osman, 1989:186)

Sistem kepercayaan masyarakat Melayu merupakan sebuah hal yang kompleks dan susah dibahas  tanpa pengetahuan asas tentang sejarah kepercayaan masyarakat Melayu. Secara umumnya, masyarakat Melayu telah melalui beberapa fase perubahan dalam sistem kepercayaannya. Antaranya, masyarakat Melayu telah menganuti kepercayaan animisme, Buddha, Hindu dan Islam. Kendatipun begitu, antara keempat-empat kepercayaan yang telah disebutkan, Islam merupakan agama yang telah memberikan kesan dan impak yang mendalam dalam hidup masyarakat Melayu.
Orang Melayu hampir seluruhnya beragama Islam. Namun demikian, sisa-sisa unsur agama Hindu dan animisme masih dapat dilihat dalam sistem kepercayaan mereka. Islam tidak dapat menghapuskan seluruh unsur kepercayaan tersebut. Proses sinkretisme terjadi di mana unsur kepercayaan sebelum Islam ada secara laten atau disesuaikan dengan unsur Islam. Proses ini jelas dapat ditemukan dalam ilmu pengobatan Melayu (pengobatan tradisional), dan dalam beberapa upacara adat.
                    Beberapa  bentuk kepercayaan orang Melayu , yaitu :
·        Kepercayaan kepada Tuhan (agama)
·        Kepercayaan kepada sihir
·        Kepercayaan kepada kuasa luar biasa, haiwan dan benda-benda yang dianggap keramat
·        Kepercayaan kepada semangat, penunggu, dan kuasa-kuasa luar biasa seperti
·        hantu, jembalang, polong dan sebagainya
kesemua bentuk yang disebutkan di atas memainkan peranan yang signifikan dalam proses pengolahan budaya masyarakat Melayu.


Kesenian

Di antara identitas ras Melayu, selain bahasa, arkeologis, dan  antropologis, dapat pula dilihat dari bidang kesenian. Di Nusantara,  terdapat kesenian rumpun Melayu yang luas digunakan oleh  masyarakatnya. Syair misalnya, tedapat di semua kawasan Melayu dengan berbagai variasinya. Begitu juga dengan ronggeng atau joget, sebagai pranata atau institusi pergaulan sosial antara masyarakat Melayu bahkan pendatang. Di dalam seni ini terjalin nilai-nilai integrasi  sosial yang terbuka dan inklusif. 
Kesenian Islam, apakah itu dari Timur Tengah atau Asia Selatan tumbuh berkembang pada budaya melayu dan memberikan sumbangsih bagi kekayaan dari kesenian melayu. Kesenian ini sangat bervariasi dan menjadi kekayaan baik bagi bangsa Indonesia atau negara rumpun Melayu lainnya.  
Sejarah kesenian Melayu dapat ditelusuri dengan melihat pengaruh dunia luar dalam seni musik, lagu, dan tari Melayu. Pengaruh ini terjadi karena hubungan dagang antara Kerajaan Melayu Aru yang berpusat di Deli dengan Malaka sudah berlangsung sejak abad ke-13. Sejak tahun 1511 M Malaka menjadi benteng Portugis, sehingga pengaruh Portugis juga mewarnai nada dan gerak tari Melayu yang disesuaikan dengan resam dan kebiasaan suku itu. Pengaruh Portugis tersebut tergambar dalam tari atau rentak Pulau Sari yang lebih dikenal dengan nama Serampang XII. Pengaruh Siam juga diterima melalui Kedah dan Perlis dalam seni dramatari Makyong, Menora, dan Mendu di wilayah Luhak Teluk Aru di Langkat dan di Kerajaan Serdang. Pengaruh Arab datang sejalan dengan masuknya Islam ke negeri-negeri Melayu. Corak Arab dapat dilihat dalam kesenian Zapin (Gambus), Kasidah, Rodat atau Barodah, serta Zikir Barat. Pengaruh Tamil (Keling, India Selatan) muncul dalam teater dan alat musik. Alat musik India seperti harmonium dan tabla digunakan untuk mengiringi lagu Melayu. Rentak (tempo) yang dihasilkan pada masa itu juga dikenal dengan nama chalti.
Kesenian Melayu seperti musik, lagu, maupun tari yang berkembang hingga pertengahan tahun 1930 dan akhir tahun 1942 sangat bersebati dengan masyarakat pendukungnya. Dulu pengarang lagu-lagu Melayu umumnya tidak mencantumkan namanya dalam karya mereka, tetapi ada juga nama pengarang yang sempat diketahui dari mulut ke mulut. Mereka sudah lanjut usia, dan sebagian sudah meninggal dunia.


PENUTUP

Kesimpulan

Sebagian besar orang Melayu memang menghuni wilayah di sekitar Semenanjung Melayu. Semuanya masih terhimpun dalam satu rumpun, yakni rumpun bangsa Austronesia. Dalam perkembangan selanjutnya, hampir seluruh Kepulauan Nusantara mendapatkan pengaruh langsung dari Suku Melayu. Bahasa Melayu yang telah berkembang dan dipakai oleh banyak masyarakat Nusantara, akhirnya dipilih menjadi bahasa nasional Indonesia, Malaysia, dan Brunei.
Biarpun masyarakat Melayu telah memiliki agama yang modern, anggota masyarakat tersebut jelas masih terpengaruh dengan amalan serta sebelum berkembangnya agama. Adat Melayu walau bagaimanapun jelas meletakkan garis pandu yang dapat dijadikan pedoman oleh anggota masyarakat Melayu secara umumnya. Menurut adat, “Adat bersendikan syarak, syarak bersendikan kitabullah, syarak mengata, adat memakai”. Sedangkan di suatu sudut, adat dan kepercayaan tradisi Melayu itu penting dalam pembentukan jati diri dan jiwa orang Melayu, agama Islam turut harus diberikan penekanan yang lebih.
Di antara identitas ras Melayu, selain bahasa dan kepercayaan, dapat pula dilihat dari bidang kesenian. Di Nusantara,  terdapat kesenian rumpun Melayu yang luas digunakan oleh  masyarakatnya. Di kawasan ini, kesenian Islam tumbuh berkembang dengan ciri khas
kawasan ini, di samping menerima seni-seni dari kawasan Islam lainnya, apakah itu dari Timur Tengah atau Asia Selatan. Kesenian ini sangat bervariasi dan menjadi kekayaan  baik bagi bangsa Indonesia atau negara rumpun Melayu lainnya.  
Kadangkala ada beberapa genre kesenian yang sama-sama dimiliki oleh negeri-negeri rumpun Melayu ini, sehingga jika dilihat dari perspektif  yang sempit (terutama dari titik pandang nasionalisme yang berlebihan) dapat menimbulkan benih-benih pertentangan di antara negeri-negeri rumpun Melayu tersebut. Antara negeri rumpun Melayu pun kadang tak
menyadari kalau nenek moyang mereka saling migrasi dalam beberapa abad yang lalu, dan kemudian membawa kesenian-keseniannya.  
Untuk melihat kemiripan budaya ini, sewajarnya kita menyoroti secara bijaksana melalui pendekatan budaya dan kesamaan, jangan menonjolkan perbedaan. Bagaimana pun kita memiliki hubungan kebudayaan, hubungan darah, hubungan ras, hubungan agama, hubungan sejarah, hubungan sosial, dan seterusnya.
Melestarikan kebudayaan sama nilainya dengan pempertahankan kepercayaan dan memeliharanya. Kebudayaan melayu memiliki warna yang indah, guna memeliharanya hendak masyarakat dapat menjaga dan mengembangkan budaya tersebut bersama-sama.


Daftar Pustaka